My LiF3 My AdV3nTuR3

need some brave, patience, sincere, sacrifice, optimistic, enthusiastic, to struggle in the world...dreams and always create dreams make all coming true with 100%.
understand people and people will understand you...

Selasa, 30 Desember 2014

Terlalu indah










            Katanya sesuatu yang indah itu belum tentu indah. Katanya sesuatu yang indah itu belum tentu mudah. Katanya sih sesuatu yang kita impikan belum tentu terwujud. Jadi… buat apa kita percaya akan impian dan terus bermimpi kalo belum tentu semuanya terwujud….
            Beberapa hari terakhir ini fikiranku disibukkan dengan kata-kata seseorang kepada ku. Seseorang yang aku tak percaya akan dapat merubah pemahamanku akan sebuah mimpi. Seseorang yang begitu aku kagumi dan tak  mudah menyerah akan sesuatu keadaan. Namun semenjak kata-kata itu terucap darinya, kekagumanku berkurang. Keyakinanku akan sebuah mimpi dan bermimpi semakin terkikis. Begitu juga dengan rasa percaya diriku.
            Aku adalah seorang gadis yang masih menyakinkan diri akan sebuah jati diri. Gadis yang masih terlantung dalam kesibukan dunia untuk menggambar diri. Ketika gadis seusiaku tengah sibuk mengarungi kehidupan barunya, aku masih disibukkan dengan pencarian. Bukan karena aku terlambat untuk mengetahui pentingnya pemahaman diri, namun aku merasa pencarianku selama ini belumlah menjawab semua hal. Hari itu, ketika ia duduk bersamaku, seorang sahabat menemani. Senyumnya yang tak pernah terlihat lesu dan selalu bersemangat itu kini  diwarnai kelabu nimbus yang membendung berliter-liter hujan didalamnya. Terhenyak di sampingku, di kursi taman SMA yang nyaris sempurna. Memandang tak terbatas akan cakrawala langit yang seakan mengerti perasaanya. Pandangan yang selama ini tak pernah terlukis dalam wajahnya yang ayu.
            Fikiran ku ikut hanyut sibuk menerka sejuta rasa yang terlukis di wajahnya. Wajah yang kerap kali memperlihatkan keoptimisan kini merundung bingung. Ku hempas keheningan dengan menepuk punggungnya konyol yang ia tanggapi dengan senyum asam tak semangat.” Hoi…dikau kenapa, tumben banget Anggita Rahardya Anggi Putri merenung kaga karuan” sapaku sekonyol mungkin berharap ia akan merubah mimic menyebalkan itu. Gigis, begitu ku panggil sahabatku, hanya menoleh lemas melemparkan senyum kepedihan sekali lagi. “woi…kamu kenapa sih ga biasanya kaya gini, may you sharing with me? ” isengku dengan bahasa asing yang masih ku coba untuk mengimprovenya. Lagi-lagi pemandangan yang ga aku suka terlihat diiringi tiupan panjang dari sudut bibir yang dimonyongkannya sebisa mungkin. Hening sesaat hanya angin dan gerisiknya dedaunan yang menemani latar kami menit itu. “Za… apa aku terlalu percaya mimpi…apa aku hanya bisa bermimpi” Tanya gigis serius padaku tanpa melepaskan pandangannya dari cakrawala langit dan imajinya. “wow…what is going on baby…serius bangat pertanyaannya, I think for a long time your the one girls who believe in dreams strongly, aren’t u” tanggapku tak memercayai perkataan yang baru saja meluncur dari mulut mungilnya. Terdengar desahan panjang sekali lagi diiringi nafas tertahan yang ku artikan bahwa Gigis sangat sangat serius. Aku diam. Lagi lagi terdiam. Diam yang bermakna sangat panjang bagi Gigis untuk menceritakan semuanya padaku. Aku hanya diam…diam dan terdiam mendengar setiap untaian pendek dan panjang Gigis di sela isakan tangisnya. Ku peluk Gigis dalam dalam di pelukanku.
            Seakan sangat lekat dan sekan kejadian itu hangat dalam benak ku, walaupun itu terjadi setahun yang lalu. Tahun terakhirku di SMA sempurna yang nyaris mengukir hidupku sempurna kecuali tanpa kisah tragis Gigis sahabatku yang meninggalkan aku dan dunia indah ini. Gigis membuatku bertambah kuat dan dewasa, membuatku tersadar bahwa kita hidup bukan hanya untuk terus bermimpi dan bermimpi tanpa berusaha untuk wujudkan mimpi karena waktu terus bergulir dan kita akan berlomba dengannya untuk wujudkan mimpi.
            Imajiku tertuntun kembali pada latar bangku taman SMA sempurna yang kami berdua duduki 2 tahun yang lalu. Harumnya udara musim kemarau mengiyangkan suara hopless dari Gigis. “Za…kamu sahabat terbaiku, kamu tau apa mimpiku, kamu tau apa yang ingin ku lakukan, u know what I want and must do” tutur Gigis lemas disela isakan tangisnya. Ku ikuti tatapan nanar Gigis ke segrombolan awan Columbus pembawa partikel hujan. Imaji dan fikirku bercampur aduk tanpa batas yang jelas, mendengar untaian kisahnya. Gigis berbagi 15 menit penuh intrik bersamaku. Hidupnya kini hanyalah sebuah dadu yang mengikuti arah hentakan si empunya yang berharap mewujudkan keinginan si empu. Gadis optimis dengan talenta menarik di dunia seni dan bahasa itu seakan terjebak dalam hasutan keyakinan kedua orang tuanya. Keinginannya untuk tetap menelusuri bakat seni serta sastra seakan hanyalah benalu indah bagi kedua orang tuannya. Mereka mengaharapkan Gigis menjadi boneka mereka dengan melanjutkan study di London dengan jurusan magister bisnis untuk melanjutkan kejayaan keluarga. Gigis anak tunggal dari pasangan pembisnis terkaya di Bandung yaitu keluarga Rahardya Putra. Anak yang cerdas, menyenangkan dan tau cara ngeblend dengan kalangan yang tak setara dengannya. Hanya sayang ia menjadi putri tunggal mereka, sehingga segala ambisi keduanya terpaksa ditanamkan pada Gigis.
            Seminggu usai percakapan itu Gigis pun pergi meninggalkan kegairahan SMA kami yang nyaris sempurna. Orang tuannya memindahkannya ke Inggris untuk mendapatkan gelar kesarjanaan disana. Ya system Inggris dan Indonesia memang berbeda untuk study. Tanpa ucapkan salam perpisahan yang kental dengan kesedihan karena janji kami berjanji untuk bertemu lagi suatu saat nanti ia pun meninggalkan persahabatan kami yang semanis conceitto.
            Tanpa terasa harumnya dedaunan yang tertiup angin musim panas memaksa untaian bening mataku mengalir, mengalir untuk mengingat semua janji dengan Gigis. Janji untuk bertemu kembali, karena setahun kemudian Gigis pergi meninggalkan kami semua. Ia pergi tanpa ucapkan perpisahan, ia pergi setelah tahun kesedihan dan kesabarannya menjalankan kemo menyisakan sayatan nyeri tubuhnya. Ia pergi tanpa sehelai kabar padaku bahwa ia mengalami tahun sulitnya sendiri, tahun yang menggrogotinya tanpa ampun, tahun dimana sesak  dan himpitan menemaninya, leukemia…hanya leukemia yang menemaninya hingga akhir. Ya setahun lalu ia pun pergi kembali meninggalkanku untuk selamanya, tanpa kata perpisahan terurai darinya. Ia tak pernah mengeluh atau pun berbagi kisah leukemianya pada siapapun, ia hanya ingin membuat orang lain bahagia tanpa peduli ia tersiksa.
            Ku hapus air mata yang tetap mengalir menyentuh pipiku. Ku simpan buket bunga lili putih di atas peristirahatan terakhirnya. Lili putih yang dapat membuatnya senang saat menciumnya. Ku pandangi pusaran itu untuk pertama kali karena aku sahabatnya telah menjadi orang terakhir yang melihat pembaringan itu setelah 1 tahun. “Gigis sayang, Za ga nyalahin kamu karena kamu ga kasih kabar 2 tahun terakhir semenjak kita berpisah, karena Za yakin Gigis sahabatku tetap menjadi Gigis yang sempurna, sahabat sempurna untuk Za”. Ku tinggalkan Gigis tenang di peristirahatannya, ku pandangi langit yang nyaris sama dengan langit saat kami berdua duduk ditaman SMA sempurna.
            “Gigis terimakasih untuk menyadarkan aku bahwa segala sesuatu yang indah memiliki tahapan yang tak indah untuk menggapainya, sesuatu yang sempurna seperti mimpi-mimpi kita tak selalu terwujud sempurna namun menjadi pemimpi yang berusaha mewujudkan mimpi adalah arti dari sebuah hidup yang indah. Terimakasih untuk ingatkan aku, untuk mendewasakan aku dengan kebersamaan singkat kita” ku tersenyum melihat nimbus dan colombus yang kini beriringan hendak menyiramkan hujan di tengah kegersangan musim kemarau yang nyaris tanpa hujan.

                   
Kita memiliki mimpi untuk diwujudkan
Kita memiliki imaji untuk bermimpi
Kita memiliki logika menyusun keindahan mimpi
Mimpi … mimpi…
jadikan mimpi sang pemimpi menjadi realita bukanlah imaji
Imaji yang hanya bergelayut manis tanpa pernah menjadi HIDUP
Bermimpilah untuk hidup
Kita hidup untuk bermimpi
menjadi pemimpi dan menjadikannya NYATA



Tidak ada komentar:

Posting Komentar